Warung Sebagai Penyelamat Hidup

    JERAT INDONESIA, BANDUNG(4/21) – Ibu rumah tangga yang menjadi tulang punggung keluarga bernama Lisna Trisnawati (43), untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari merangkap profesi dengan membuka usaha kecil-kecilan yaitu warung di kawasan Cijambe Bandung Timur. Ibu dari tiga anak ini membulatkan niat berjualan dengan hanya bermodal pas-pasan atau seadanya pada saat itu, untuk menambah penghasilan sehari-hari dan membantu suami mencukupi ekonomi keluarga. Suami Lisna tidak lagi mempunyai kerja menetap setelah dampak pandemi Covid19. “Hanya jika ada panggilan saja suami bekerja dengan profesi membuat wastafle semacam itu’ ujar Lisna. Jika ada orderan jasa membuat wastafle saja suami Lisna mencari mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan istri dan ketiga anaknya yang semuanya masih menjalankan pendidikan.

   “Dulu waktu awal-awal pandemi penghasilan warung tidak menentu bahkan turun drastis sampai bingung untuk kembali modal” ujar Ibu dari ketiga anak ini. Mungkin jika warung terpaksa ditutup karena modal tidak kembali Lisna semakin bingung untuk makan sehari-hari. Lisna mencoba memutar otak untuk menemukan ide baru agar bisa menyambung kebutuhan hidup. Pada akhirnya Lisna memutuskan untuk berjualan kue-kue ringan yang akan di titipkan ke warung lain sekitaran tempat tinggalnya. Kue-kue yang dijual lisna antara lain seperti nagasari, dadar gulung, risoles, dan molen. Di jual dengan harga Rp. 800 perak dan warung menjual Rp. 1000 rupiah per pcs kue tersebut. Hanya sedikit Lisna membuat kue karena tidak tahan lama takutnya tidak laku terjual semua. Namun kue yang di jual tersisa terus setiap harinya, alhasil Lisna mencoba membuat kue lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.

     Sekarang warung dan kue Lisna sudah ada perubahan yang lumayan dari sebelumnya. “Walau awal-awal pandemi penghasilan turun drastis kesini-kesini Alhamdulillah tidak terlalu drastis turunnya” tambah Lisna sewaktu di wawancara di kediamannya. Meskipun berubahannya tidak begitu besar tetapi lumayan untuk bisa makan sehari-hari. Sebelum pandemi penghasilan warung kurang lebih Rp. 200.000 rupiah per hari, tetapi semenjak pandemi sampai Rp. 150.000 rupiah per hari saja susah. Bantuan dari pemerintah juga tidak Lisna dapatkan, tetapi pernah sekali-kalinya mendapatkan sembako. Sebetulnya warung sudah berdiri lumayan lama sekitar 4 tahunan walau untung rugi sudah dihiraukan.

    Saat dijumpai putri pertama Lisna yang masih duduk di bangku kelas 12 SMK dia bercerita “Terkadang bekal untuk sekolah terhambat” ucap putri pertamanya. Cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah harus di urungkan, walau katanya sedang coba beasiswa tetapi tidak berharap lebih. “Semoga tahun depan ada rezekinya dan kesempatan buat kuliah” tambah putri pertama Lisna. Anak keduanya sedang menjalani pendidikan di bangku kelas 8 SMP, dan yang bungsu masih kelas 2 SD. “Semoga tahun depan suami saya dapat kerjaannya yang netep atau ada rezekinya buat anak saya kuliah” ucap Lisna. Semanjak warung penghasilannya sedikit rezeki di bulan Ramadhan suka ada warga sekitar yang memesan kuekue dagangan Lisna untuk takjil. “Alhamdulillah suka ada yang mesan kue lumayan” senyum Lisna

     Penghasilan dari warung hanya cukup membayar keperluan keluarga, bisa menutupi kebutuhan ekonomi sehari-hari seperti buat makan atau kebutuhan kecil lainnya. Kalau listrik suami Lisna yang membayar walau suka telat. “Untungnya belum pernah sampai dimatiin listriknya” tambah putri pertamanya. Karena suami Lisna penghasilannya tidak tetap tergantung adanya orderan jadi kadang ada kadang tidak ada. Bantuan pemerintah juga belum merata jadi keluarga kecil ini tidak mendapatkannya.

 

 Resti Prianti untuk Jerat Indonesia