JERAT INDONESIA, GARUT (4/21) - Musisi jalanan, merupakan sebuah professi yang tak lekang oleh waktu. Sedari dulu kita pasti sudah mengenal dan berinterikasi dengan para musisi jalanan. Mulai dari balita, saat kita tidak tahu apa apa dan hanya diperintah oleh orang tua kita, untuk memberikan sebuah uang kecil kepada mereka para musisi jalanan, hingga sekarang saat kita sudah dewasa, mulai berfikir dan menggerakan hati nurani kita untuk memberikan sebuah uang tadi.

Di Garut sendiri, ada banyak sekali orang yang berprofesi sebagai musisi jalanan, terdiri dari beberapa kalangan, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Tak hanya itu, banyak diantaranya yang rela putus sekolah demi melangsungkan kehidupannya dengan menjadi musisi jalanan tadi. Mereka menganggap bahwa professi ini, adalah profesi yang sangat efektif bagi mereka untuk tetap bisa bertahan hidup.




Disamping maraknya musisi jalanan di Indonesia, tak kerap mendapatkan pandangan pro dan kontra. Sebagian orang merasa terhibur dan sebagian diantaranya juga merasa terganggu, terlebih bagi orang orang yang sensitif. Bukan karena apa, kebanyakan diantara mereka merasa terganggu privasinya terlebih saat kumpul di tempat makan misalnya, beberapa orang mungkin harus rela menjeda obrolan dengan rekannya karena kedatangan seorang musisi jalanan. Selain itu juga, banyak orang yang merasa tidak nyaman ketika harus mengeluarkan uang kecil beberapa kali kepada setiap musisi jalanan yang berbeda yang menghampirinya.

Disamping semua itu, banyak kisah inspiratif dari seorang musisi jalanan, mulai dari seorang Tegar yang sempat menjadi musisi jalanan hingga bisa menajdi seorang penyanyi cilik berstandar nasional atau dikenal di seluruh Indonesia. Bukan karena apa, tetapi karena karya karyanya yang mampu dinikmati oleh kalangan orang banyak.

Selain itu ada seorang Didi Kempot yang wafat beberapa waktu lalu. Selain menjadi legenda, perjalanan awalnya menjadi musisi jalanan banyak menyikat perhatian, bahkan menjadi salah satu kisah inspiratif. Selain dikenal diseluruh Indonesia, ia juga dikenal di luar negeri. Karya karynya juga bisa dinikmati oleh semua kalangan dan lagi lagi tidak di Indonesia saja, ada juga beberapa kalangan orang asing yang senang untuk menikmati karya karyanya.

Beragam alasan dan motivasi seorang musisi jalan menjadi warna tersendiri bagi mereka hidup dijalanan. Ada yang memang ingin menjual bakatnya dengan bernyanyi, ada pula musisi jalanan yang terbentur oleh keadaan hingga membuatnya rela untuk menahan malu dan berprofesi sebagai musisi jalanan. Terlebih ada pula musisi jalanan yang beralasan karena terbawa oleh pergaulan semisal anak punk, namun tidak selamanya anak punk ini memiliki alasan yang tidak sesuai, ada diantaranya yang masih memiliki kesadaran dan tekat kuat untuk menjadi seseorang yang hebat baginya, misalnya dengan bercita cita sebagai seorang musisi atau penyanyi asli (musisi yang berada di TV bukan dijalanan).

Dari beberapa musisi jalanan di garut, sempat kami dari Jerat Indonesia mewawancari dan menanyakan perjalanan dan alasan mereka menjadi seorang musisi jalanan.

 

Ade, seorang pria yang hampir tua, telah berpropesi sebagai musisi jalanan mulai dari tahun 2000an atau sekitar 20 tahunan. Bermula saat ia belajar bermain gitar saat masih bekerja di Tanjung Priok, Jakarta. Saat itu ia pulang ke Garut, ke rumah asalnya dan langsung memilih sebagai musisi jalanan.

“Awalnya, saya belajar main gitar sama temen, waktu masih kerja di Tanjung Priuk di Jakarta, lalu setelah saya pulang sekitar tahun 2000 an saya menjadi musisi jalanan”. Singkat pak Ade menjelaskan awal dia terjun menjadi seorang musisi jalanan.

Disisi lain, pak Ade sendiri memiliki suara yang cukup merdu dan memiliki jiwa seni yang cukup kental, hingga menjadi seorang musisi jalananpun baginya seolah sedang menjalankan atau melakukan hobbynya dalam bernyanyi.

“saya lebih memilih menjadi seorang penyanyi ya gimana ya, soalnya jiwa seni sih, berat kalo soal jiwa seni mah” jelas pak Ade menjabarkan alasannya untuk tetap menjadi seorang penyanyi atau musisi jalanan.

Kendati demikian, menjadi seorang musisi jalanan, mampu menghidupi pak Ade dan keluarganya, buktinya saha, hampir 20 tahunan ia masih tetap mempertahankan propesinya dan menikmati prosesnya dijalanan. tak hanya itu, dengan menjadi musisi jalanan, pak Ade juga merasa senang dan dengan propesinya ini ia mampu mengekspresikan hobbynya.

Disamping itu, ditengah perjalanan pak Ade menjadi seorang musisi jalanan, sekitar 2010an ada seorang anak muda yang ikut bergabung bersamanya, ia bernama Rendi, seorang pemuda asal samarang garut, yang kini memegang kendang yang terbuat dari pipa pralon yang ia mainkan untuk melengkapi musik yang pak Ade mainkan.

Tidak hanya sekedar bernyanyi, tetapi pak Ade sendiri memiliki suara yang cukup indah, bahkan dengan suara indahnya ia sempat mengikuti beberapa kompetisi dan lomba bernyanyi, meski tidak sempat juara, setidaknya dia pernah menduduki juara harapan atau juara favorit.

Selain untuk menyambung kehidupan, dengan bernyanyi ia menaruh banyak sekali harapan. Salah satunya ia ingin sekali lebih diperhatikan dan lebih diberdayakan oleh dinas sosial, ia menganggap musisi jalanan juga memiliki skill yang cukup lumayan dalam berseni. Tidak hanya itu, pak Ade juga sangat menginginkan memiliki sebuah grup music dan ia ingin berkembang bersama sama dengan temannya.

Disamping sosok Pak Ade, masih banyak musisi jalanan lainnya yang tak kalah motivasinya. Ada Tupe, Rangga, Abdul dan teman temanya yang lain, yang merupakan anggota dari anak punk. Mereka merupakan sebagian kelompok yang bisa disebut juga sebagai musisi jalanan. Rata rata dari mereka sudah hidup sebagai musisi jalanan sekitar 10 tahunan.

Berawal dari hidup dan bergaul dijalan, hingga menganggap jalanan sebagai rumah bagi mereka. Semua orang yang hidup dijalanan terkhususnya anak punk, mereka anggap sebagai saudara dan keluarga.

Meski anggota punk sering kali dianggap dan memilik citra kurang baik di masyarakat, namun ternyata hati dan pikiran mereka tak selamanya kurang baik. Ada banyak hal lain yang bisa kita ambil dari mereka, salah satunya kedewasaan dan kerja kerasnya untuk menyambung hidup dan mempertahankan kehidupan. Banyak sekali pengalaman yang mereka alami dan rasakan selama mereka hidup di jalanan. Mulai dari hal yang merugikan hingga hal yang menguntungkan mereka.

 

 

Rendi Rohaendi Purnama Sidik Untuk Jerat Indonesia