Perjuangan Seorang Nenek di TengahPandemi
JERAT INDONESIA, GARUT (4/21) Perjuangan Seorang Nenek di TengahPandemiSeorang nenek bernama Enas (59) terpaksa gulung tikar, wanita paruh bayaitu tidak menyangka akan mengalami hal memilukan,Enasyang tadinya jualan kue-kue tradisional terpaksa hanya bisa berjualan sayuran, itupun hanya sebakul. Berharap hari demi hari bisa dilewatidengan baik,namuntidak kunjung juga membaik.“Mimitimah ema teh jualan kue neng, kue baheula gening sabangsa lapis jeung bugis, ngan lila-lila sepi, ayeuna mah pan nu ngaliwat wae jarang” ungkap Enas menggunakan bahasa Sunda. Yang artinya dagangan Enas awalnya laku tetapi lama kelamaan menjadi sepikarena jarang pembeli.
Keluh Enas, mungkin ia tak mengira akan mengalami hal seperti ini saat di usia tuannya, tapi inilah hidup nya wanita yang berumur 59 itu, terpaksa berjalan dengan hati-hati menyusuri jalan raya,sambil melewati teriknya panas matahari, dengan mengandalkan kekuatan seadannya, ia tidak pernah menyerahdemi mendapatkan sesuap nasi untuk dirinya sendiri bertahan hidup.“Baheula mah neng pas ema jualan kue keneh, lumayan aya wae duit teh, ayeuna mah boro-boro, da loba mereunnya nu langsung meli sayur kapasar, da rek balik deui hayang jualan kueh teh eweuh modal, da kue tea kudu meli tarigu, itu, ieu” tambah Enasdengan logat Sunda yang di lontarkan. Artinya dahulu dan sekarang sangat berbeda bagi Enassaat berjualan sekarang untuk modal saja susah.
Memang tidak banyak orang yang membeli sayuran nenek paruh baya itu, apalagi mengingat penghasilan yang dihasilkan dari sayur ini, hanya cukup untuk membeli makan satu hari saja, belum lagi kalo memang sedang sepi, kadang ia juga tidak mendapatkan pelanggan sama sekali, namun apalah daya, yang hanya ia bisa lakukanhanya berdoa kepada AllahSWT.
Berharap selalu ada kemudahan di setiapjalannya. Setiap hari Enas pergi ke bandar sayur, ia membawa beberapa sayur yang akan ia jual, terlihat dalam kantungnya terdapat berbagai macamsayuran meskipun hanya sedikit, tapi Enasterlihat tampak berseri-seri menyeberangi jalan raya dengan sebakul sayuran di punggungnya.Denganmembawa sebuah botol minum bekas yang ia isi kembali untuk bekalnya, namun menurutnya itu jauh lebih dari cukup. Ia terlihat berjalan dari kejauhan, memasuki permukiman penduduk sambil berseru, "Neng bade sayurrrrr... kang, sayurna kang” Ia menawarkan sayur kepada tiap orang yang ditemuinya, tampak ia sambil tersenyum senyum ramah. Terlihat berbagai jenis sayuran hingga rempah-rempah memenuhi bakul rotan tersebut.
    "Banyak neng tuh, kol, kentang, nu sok loba nu meuli mah, ieu cabe, da gening ayeuna mah resep  kanu  lalada” teriak  Enas  saat  berjualan. Bukan  perkara  mudah  setiap  hari  harus memanggul bakul dipenuhi sayur-sayuran. Terkadang ia juga mampir di teras rumahpenduduk hanya  untuk  sekedar  beristirahat,  ia  mengaku  mempunyai  2  orang  anak,  namun  keduannya berada diluar kota, karenamasing-masing sudah berkeluarga, mereka hanya pulang saat libur panjang, meski begitu, Enas mengaku tidak mengapa akan hal tersebut. “Ah da ari ema mah, keun we teu balik oge, nu penting mah sarehat” ucap  Enas  mendoakan  anak-anaknya,  yang artinya  Enas  tidak  mengapa  asalkan  anak-anaknya  sehat  Enas  senang. Ucapnya,  sambil tersenyum lebar, kabar sehat dari anak-anaknya membuat ia selalu bersyukur, ibu dua orang anak itu mengaku, masih bersemangat berjualan, ia juga tidakmasalah jika sayur dagangannya belum  terjual  habis,  ia  masih  bisa  menitipkannya  ke  tetangganya  yang  mempunyai  kulkas dirumah.“Teunanaonneng te seep oge, da arirejeki mah moal kamana nya” ucap nenek itu sambil  tersenyum” yang artinya tidak apa-apa  tidak  terjual  semua  Ena  sering  menitipkan sayurannya kepada tetangga yang mempunyai kulkas. 
Saina Anwari Herliansyah Untuk Jerat Indonesia

0 Komentar